Selasa, 06 Desember 2011

Manisnya Pagi

Pagi itu, manis seperti pagi sebelumnya. Aku selalu tersenyum di saat membuka mata dan memandang Dia yang ada di sampingku. Sebuah kata bijak yang mengobati rasa sedih yang kubiarkan melukai diriku: "Sangat jarang kita menangisi orang-orang yang peduli pada kita, tetapi seringkali kita menangis untuk orang-orang yang tak peduli pada kita. Tanpa kita sadari, kita membiarkan orang yang mencintai kita menjadi sedih."

Dengan demikian, tersenyum memandang Dia yang kumiliki merupakan cara yang lebih berharga daripada menangisi seseorang yang sudah manjalankan kesepakatan tidak tertulis denganku untuk tidak tahu menahu lagi. Betapa indah rencana Tuhan, mengapa aku tidak bersyukur dan tersenyum? Lalu aku tak kuasa untuk membelai alis dan rambut Dia yang terlelap. Aku menyayangi Dia, my teddy bear

Tak lama, semburat cahaya tipis menembus tirai oranye keemasan yang kami sukai, membuat aku tak ragu untuk membangunkan Dia dengan kecupan yang manis dan senyuman yang sama manisnya.

"Bangun honey, yuk doa!" 

Dalam satu bulan, sembilan kali sudah kami membaca firman bersama. Metodenya, setiap kegiatan membaca diisi dengan 1 pasal perjanjian lama (mulai dari Kejadian) dan 1 pasal perjanjian baru (mulai dari Matius), dibaca bergantian setiap 5 sampai 10 ayat. Sungguh, menurutku ini adalah kehidupan pernikahan yang bahagia lahir dan batin, jasmani dan rohani.

Manis sekali bukan? Seperti deretan makanan yang aku sukai: gulali pink yang lembut, bongkahan coklat milky, segarnya mixed berry yogurt, dan eskrim vanila yang bertabur serpihan oreo original.

Apakah kisah ini menjadi terlalu manis bila kenyataan yang terjadi demikian? Somehow it's hard to believe, tetapi satu yang aku percayai: terlalu indah pagi yang manis ini dinodai dengan air mata!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar