Senin, 05 Maret 2012

Gunung Es

Cahaya matahari senantiasa menerpa puncak gunung es itu. Cahaya membias indah akibat pantulannya. Begitulah hari-hariku bersama Dia, semua tampak indah di permukaan.

Namun, bukan berarti jauh di bawah permukaan yang ada adalah kesedihan atau penderitaan. Justru yang ada cinta dan keindahan yang lebih indah, yang hanya hati dan Tuhan yang tau.

Yang tak kelihatan itu adalah penerimaan yang tulus, cinta yang setia, dan lembaran baru yang menutup luka lama. Aku telah diangkat dari kebimbangan dan keputusasaan, aku terima uluran tangan Dia yang ingin memopangku untuk berjalan bersama menuju suatu istana.

Banyak orang yang mencoba untuk melihat ke kedalaman, memang bisa terlihat sedikit, meskipun tidak begitu jelas, apa yang ada di bawah permukaan. Sangat tak masuk akal, absurd, dan mencengangkan. Mungkin terjadi 1 banding 1000 di dunia ini.

Sering aku berkata kepada Dia, kalau memang ini takdir, mengapa tidak dari dulu kami dipertemukan, tanpa lika-liku panjang, dan dapat mengecap kebahagiaan sejak bertahun-tahun lalu lamanya. Kisah ini seperti gembala, yang memutuskan untuk menjual domba-dombanya, di tengah jalan membuang harapannya dengan bekerja pada pemilik toko kristal, lalu mulai meyakini bahwa menemukan harta karun adalah takdirnya, setelah tiba di piramida Mesir si anak gembala menemukan jawaban bahwa harta karun itu ada di Andalusia tanah asalnya.

Yang terindah dari semua yang tampak di permukaan, tak seindah yang ada di bawahnya. Rasa itu meresap hingga ke hati, jauh dan jauh.